Angin - Pengertian, Manfaat, Jenis, Alat Uji, & Faktor.
1. Pengertian Angin.
Udara yang bergerak disebut angin. Angin bergerak dari daerah yang
mempunyai tekanan udara tinggi ke arah daerah yang mempunyai tekanan
udara rendah. Angin terjadi karena ada perbedaan tekanan.
Udara mengalir dari tempat yang dingin ke tempat yang panas. Di
tempat yang panas, udara bergerak naik dan digantikan oleh udara dari
tempat yang dingin. Angin tidak dapat dilihat tapi dapat dilihat
akibatnya.
Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih
ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun
kerena udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat
yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan
turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali.
Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan
konveksi.
2. Manfaat Angin.
Gerakan angin yang teratur dan terkendali, ternyata banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya :
- Membantu pengeringan baju & rambut.
- Sebagai sarana permainan dan Hiburan. Contoh: Menerbangkan layang-layang.
- Sebagai sarana olah raga. Contoh: Olah raga terbang layang.
- Penggerak Pompa Irigasi dan alat giling hasil pertanian.
- Membantu penyebaran biji tumbuhan di lingkungan sekitar (penyerbukan Tanaman).
- Sebagai sumber energi.
- Penggerak Alat Transportasi. Contoh: Menggerakkan perahu layar dan menerbangkan pesawat.
- Mengisi ban dalam kendaraan seperti ban sepeda & mobil.
- Perantara menyampaikan suara.
3. Kerugian Akibat Angin.
Angin dapat merugikan jika terjadi angin topan (badai/angin ribut). Di
lautan, angin yang bertiup sangat kencang dapat menyebabkan ombak besar.
Gelombang laut yang tiba-tiba naik ke daratan, gelombang laut tersebut
disebabkan oleh angin kencang yang bertiup diatas permukaan laut.
Gelombang pasang terjadi karena tiupan angin yang besar dari arah laut
ke daratan. Pantai yang terkena gelombang pasang dapat menyebabkan air
laut seolah-olah tumpah ke daratan.
Pada daerah-daerah tertentu terdapat angin yang bersifat kering, karena
sedikit mengandung uap air. Angin bersifat kering ini membuat tanaman
layu dan mengering.
Contoh angin kering:
- Angin Bahorok : angin ini dapat merusak perkebunan tembakau. Angin bahorok sering terjadi di daerah Deli-Sumatra Utara.
- Angin Brubu : biasa terjadi di daerah Ujung pandang-Sulawesi Selatan.
- Angin Kumbang : dapat merusak perkebunan tebu. Angin ini biasa terjadi di daerah Cirebon-Jawa Barat.
- Angin Gending : merusak hasil pertanian dan perkebunan. Angin ini biasa terjadi di daerah Pasuruan dan Probolinggo-Jawa Timur.
Angin juga dapat mengikis permukaan tanah, menumbangkan pohon, menggugurkan bunga yang akan menjadi buah.
4. Jenis-Jenis Angin.
4.1 Angin Laut
Angin laut (sea breeze) adalah angin yang bertiup dari arah laut
ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari kira-kira dari pukul
09.00 sampai pukul 16.00 di daerah pesisir pantai. Angin ini biasa
dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut.
Angin laut ini terjadi pada siang hari. Karena air mempunyai kapasitas
panas yang lebih besar daripada daratan, sinar matahari memanasi laut
lebih lambat daripada daratan.
Ketika suhu permukaan daratan meningkat pada siang hari, udara di atas
permukaan darat meningkat pula akibat konduksi. Tekanan udara di atas
daratan menjadi lebih rendah karena panas, sedangkan tekanan udara di
lautan cenderung masih lebih tinggi karena lebih dingin. Akibatnya
terjadi gradien tekanan dari lautan yang lebih tinggi ke daratan yang
lebih rendah, sehingga menyebabkan terjadinya angin laut, di mana
kekuatannya sebanding dengan perbedaan suhu antara daratan dan lautan.
Namun, jika ada angin lepas pantai yang lebih kencang dari 8 km/jam,
maka angin laut tidak terjadi.
4.2 Angin Darat
Angin darat (land breeze) adalah angin yang bertiup dari arah
darat ke arah laut yang umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam
20.00 sampai dengan jam 06.00 di daerah pesisir pantai. Angin jenis ini
bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu
bertenaga angin sederhana.
Pada malam hari daratan menjadi dingin lebih cepat daripada lautan,
karena kapasitas panas tanah lebih rendah daripada air. Akibatnya
perbedaan suhu yang menyebabkan terjadinya angin laut lambat laun hilang
dan sebaliknya muncul perbedaan tekanan yang berlawanan karena tekanan
udara di atas lautan yang lebih panas itu menjadi lebih rendah daripada
daratan, sehingga terjadilah angin darat, khususnya bila angin pantai
tidak cukup kuat untuk melawannya.
Baca : Pengertian & Manfaat : Angin Darat dan Angin Laut.
4.3 Angin Gunung
Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah gunung yang terjadi pada malam hari.
Pada sore hari dan malam hari, terjadi kondisi yang sebaliknya. Di wilayah lembah, suhu udaranya masih relative tinggi dibandingkan gunung atau pegunungan. Hal ini menyebabkan tekanan udara di lembah lebih rendah (minimum). Akibatnya, berembuslah angin dari arah gunung menuju lembah. Itulah yang dinamakan angin gunung. Suasana kedua angin ini akan sangat terasa jika anda berada di wilayah kaki gunung atau pegunungan.
Pada malam hari, daratan tinggi (puncak gunung/di atas lereng gunung)menjadi dingin secara cepat akibat kehilangan radiasi. Oleh sebab itu, di puncak gunung bertekanan lebih tinggi dibandingkan dengan di lembah. Udara yang lebih dingin memiliki densitas (kerapatan udara) yang lebih besar kemudian akan mengalirkan udara ke lembah hal berikut ini juga sering disebut juga arus Katabatik (catabatic flows).
Pada sore hari dan malam hari, terjadi kondisi yang sebaliknya. Di wilayah lembah, suhu udaranya masih relative tinggi dibandingkan gunung atau pegunungan. Hal ini menyebabkan tekanan udara di lembah lebih rendah (minimum). Akibatnya, berembuslah angin dari arah gunung menuju lembah. Itulah yang dinamakan angin gunung. Suasana kedua angin ini akan sangat terasa jika anda berada di wilayah kaki gunung atau pegunungan.
Pada malam hari, daratan tinggi (puncak gunung/di atas lereng gunung)menjadi dingin secara cepat akibat kehilangan radiasi. Oleh sebab itu, di puncak gunung bertekanan lebih tinggi dibandingkan dengan di lembah. Udara yang lebih dingin memiliki densitas (kerapatan udara) yang lebih besar kemudian akan mengalirkan udara ke lembah hal berikut ini juga sering disebut juga arus Katabatik (catabatic flows).
4.4 Angin Lembah
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari.
Pada Pagi hari sampai kira-kira pukul 14.00, gunung atau pegunungan lebih cepat menerima panas matahari jika dibandingkan dengan lembah. Oleh karena itu, pada siang hari suhu udara di gunung atau pegunungan lebih tinggi jika dibandingkan dengan lembah. Hal ini menyebabkan tekanan udara di gunung atau pegunungan relative lebih rendah (minimum), sedangkan tekanan udara di lembah tinggi sehingga berembuslah angin dari lembah menuju gunung proses kejadian itulah yang dinamakan angin lembah. Jadi Angin lembah terjadi pada pagi hari sampai menjelang sore hari.
Pada siang hari, lereng gunung mendapatkan panas secara cepat akibat radiasi yang direima lebih besar. Di dataran rendah udara menjadi lebih dingin dibandingkan udara di atas lereng gunung. Karena itu udara lereng gunung menjadi labil dan cenderung menaiki lereng hal berikut ini juga disebut arus anabatik (anabatic flows).
Pada Pagi hari sampai kira-kira pukul 14.00, gunung atau pegunungan lebih cepat menerima panas matahari jika dibandingkan dengan lembah. Oleh karena itu, pada siang hari suhu udara di gunung atau pegunungan lebih tinggi jika dibandingkan dengan lembah. Hal ini menyebabkan tekanan udara di gunung atau pegunungan relative lebih rendah (minimum), sedangkan tekanan udara di lembah tinggi sehingga berembuslah angin dari lembah menuju gunung proses kejadian itulah yang dinamakan angin lembah. Jadi Angin lembah terjadi pada pagi hari sampai menjelang sore hari.
Pada siang hari, lereng gunung mendapatkan panas secara cepat akibat radiasi yang direima lebih besar. Di dataran rendah udara menjadi lebih dingin dibandingkan udara di atas lereng gunung. Karena itu udara lereng gunung menjadi labil dan cenderung menaiki lereng hal berikut ini juga disebut arus anabatik (anabatic flows).
4.5 Angin Fohn
Angin Fohn (angin lokal, angin terjun, angin jatuh) (Foehn Wind) adalah angin yang terjadi seusai hujan orografis.
Angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan
yang berbeda. Angin fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang
naik pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi lalu
turun di sisi lain.
Angin Fohn yang jatuh dari puncak gunung bersifat panas dan kering,
karena uap air sudah dibuang pada saat hujan orografis. Angin Fohn bisa
berlaku misalnya di Kepulauan Biak dan Eropa Tengah dan Eropa Selatan.
Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan korban.
Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang terkena angin
ini bisa turun daya tahan tubuhnya terhadap serangan penyakit.
4.6 Angin Muson
Angin Muson (Monsoon) adalah angin yang berhembus secara periodik
(minimal 3 bulan) dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya
akan berlawanan yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah
tahun. Biasanya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang
kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah.
Pada bulan Oktober-April, Matahari berada pada belahan langit Selatan,
sehingga benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari
benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat tekanan udara rendah
(depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi
(kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua
Australia.
Di Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di belahan bumi
Utara dan angin musim Barat di belahan bumi Selatan. Oleh karena angin
ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra Hindia maka banyak membawa uap
air, sehingga di Indonesia terjadi musim penghujan. Musim penghujan
meliputi seluruh wilayah indonesia, hanya saja penyebarannya tidak
merata. Makin ke timur curah hujan makin berkurang karena kandungan uap
airnya makin sedikit.
Pada bulan April-Oktober, Matahari berada di belahan langit utara,
sehingga benua Asia lebih panas daripada benua Australia. Akibatnya, di
asia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah, sedangkan di Australia
terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi yang menyebabkan terjadinya
angin dari Australia menuju Asia.
Di Indonesia terjadi angin musim timur di belahan bumi selatan dan angin
musim barat daya di belahan bumi utara. Oleh karena tidak melewati
lautan yang luas maka angin tidak banyak mengandung uap air oleh karena
itu di Indonesia terjadi musim kemarau, kecuali pantai barat Sumatera,
Sulawesi Tenggara, dan pantai selatan Irian Jaya.
Antara kedua musim tersebut ada musim yang disebut musim pancaroba
(peralihan), yaitu musim kemarau yang merupakan peralihan dari musim
penghujan ke musim kemarau, dan musim labuh yang merupakan peralihan
musim kemarau ke musim penghujan. Adapun ciri-ciri musim pancaroba
yaitu: udara terasa panas, arah angin tidak teratur dan terjadi hujan
secara tiba-tiba dalam waktu singkat dan lebat.
Angin Muson dibagi menjadi 2, yaitu Muson Barat atau dikenal dengan
Angin Musim Barat dan Muson Timur atau dikenal dengan Angin Musim Timur
A. Angin Musim Barat
Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang berhembus dari
Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas) dan
mengandung curah hujan yang banyak di Indonesia bagian Barat, hal ini
disebabkan karena angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan
samudra. Contoh perairan dan samudra yang dilewati adalah Laut China
Selatan dan Samudra Hindia. Angin Musim Barat menyebabkan Indonesia
mengalami musim hujan.
Angin ini terjadi antara bulan Oktober sampai bulan April di Indonesia terjadi musim hujan.
B. Angin Musim Timur
Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang mengalir dari
Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas) sedikit curah
hujan (kemarau) di Indonesia bagian Timur karena angin melewati celah-
celah sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria).
Ini yang menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau. Terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli.
Ini yang menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau. Terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli.
5 Alat Uji Angin.
5.1 Anemometer
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin,
dan merupakan instrumen stasiun cuaca umum. Istilah ini berasal dari
kata Yunani “anemos”, yang berarti angin.
Istilah ini biasa digunakan untuk menggambarkan setiap instrumen
pengukuran kecepatan udara yang digunakan dalam meteorologi atau
aerodinamis.
5.2 Wind vane dan Wind sock
Wind vane dan Wind sock yaitu alat untuk mengetahui arah angin. Keduanya
merupakan alat untuk mengetahui arah angin dan memperkirakan besar
kecepatan angin. pada umumnya alat menentukan arah angin ini dapat
ditemukan di bandara-bandara.
6. Faktor terjadinya angin.
Faktor terjadinya angin, yaitu:- Gradien barometris : Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2 isobar yang jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan angin.
- Letak tempat : Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari garis khatulistiwa.
- Tinggi tempat : Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup, hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan ini semakin kecil.
- Waktu : Di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari
Demikian artikel Pengertian, Macam, Alat Uji, Faktor, dan Manfaat Angin. Semoga bermanfaat.